Jumat, 18 Januari 2013

cerpen anak islami : KEGIGIHAN SIWI


 Assalamualaykum! Wahai ayah bunda penggemar cerpen anak Islami. Sepertinya inilah yang dicari. Cerpen anak islam yang kami suguhkan di blog ini semoga mampu menjadi sumber bacaan yang bermanfaat bagi putera-puteri ayah bunda
                                   
                                                     Oleh : Ratna Kushardjanti AP
Siwi baru saja selesai membereskan bukunya di teras belakang ketika Prita menghampiri.
            “Sudah mengerjakan PR Matematika Siwi?” tanya Prita. Sepertinya Siwi tahu kemana arah pertanyaan Prita. Prita yang malas mengerjakan PR selalu menodong Siwi agar menyerahkan pekerjaannya untuk dicontek.
            “Coba kaukerjakan sendiri dulu, Prita. Nanti kalau ada yang tidak bisa biar kubantu menjelaskan” ujar Siwi lembut. Ia tak ingin membuat tersinggung gadis di hadapannya. Tapi Siwi juga ingin menyadarkan Prita bahwa apa yang sering dilakukannya adalah keliru dan jusru merugikan diri sendiri.
            “Huh, pelit! Anak pembantu saja banyak tingkah. “ gerutu Prita kesal. Sejak Mak Sari diminta oleh mama Prita tinggal di rumahnya dan membawa anaknya yang tak lain adalah Siwi teman sekelasnya, Prita memang selalu memanfaatkan kepandaian gadis itu. Tak jarang ia meminta Siwi mengerjakan berbagai tugas dari sekolah yang seharusnya ia selesaikan sendiri.
 Siwi memang termasuk murid yang rajin dan pandai di kelasnya. Setiap kenaikan kelas ia tak pernah keluar dari rangking tiga besar. Itulah yang sebetulnya diam-diam membuat Prita merasa iri.
            Sebetulnya Siwi sendiri sering merasa risih dengan sikap Prita. Tapi selama ini ia seringkali tidak kuasa menolak keinginan Prita mengingat kebaikan keluarga Prita terhadap Mak Sari, emaknya Siwi. Mereka banyak berhutang budi terhadap Pak Yudi dan Bu Yudi, orang tua Prita.
            Sepeninggal bapak enam bulan yang lalu, Bu Yudi meminta agar Mak Sari dan Siwi mau tinggal di rumahnya. Biaya kontrakan rumah yang terus naik ditambah kondisi keuangan yang tidak memungkinkan membuat Mak Sari tak kuasa menolak kebaikan Bu Yudi. Mak Sari sendiri sudah bertahun-tahun bekerja di rumah Bu Yudi. Tapi sebelumnya ia pulang ke rumah di sore hari  untuk mengurus keluarganya.
            “Cobalah dulu, Prit. Ini demi kebaikanmu agar kau juga paham” ujar Siwi lagi. Digenggamnya dengan erat buku matematika di tangannya. Tak sekali dua Prita main rebut ketika Siwi tidak mengijinkan Prita mencontek pekerjaannya.
            “Sudah, jangan sok!” dengan ketus Prita menimpali. Tangannya berusaha menggapai buku Siwi.
            “Prita, jaga sikapmu nak. Benar apa kata Siwi. Kamu sebaiknya mengerjakan sendiri PR mu. Bukankah Siwi selalu menawarkan bantuan ketika kamu bertanya.  Seharusnya kamu malu, Prita” tiba-tiba muncul Bu Yudi muncul dari ruang makan.
            “Mama kok membela dia sih?” Prita melotot ke arah Siwi sebelum dengan kasar ia berlari ke arah kamarnya dan menutup pintu dengan hentakan yang keras. Tak dihiraukan mamanya memanggilnya. Omelan panjang terdengar dari arah kamar Prita  membuat Siwi harus menarik nafas panjang.
            Siwi beringsut masuk ke dalam kamar tempat Siwi dan emaknya tidur. Emaknya tidak ada di kamar. Sepertinya ia masih mencuci piring bekas makan malam. Siwi ingin membantu emaknya. Niat itu diurungkan. Suasana hatinya sedang gundah. Jika terjadi pertengkaran antara Siwi dan Prita emak selalu menyalahkan Siwi, meminta Siwi mengalah dan meminta maaf. Tapi bukankan siwi tidak bersalah? Siwi mengusap air yang menggenang di sudut matanya dengan jemari.
            Siwi anak pembantu! Coba kalau gak dipungut mamaku sudah jadi gelandangan tuh anak! Ga tahu balas budi! Anak gembel belagu! Kata-kata pedas Prita masih terngiang-ngiang di telinga Siwi. Tidak di rumah tidak di sekolah. Kenapa Prita sering sekali memaki-makinya. Siwi menghela nafas sedih.
            Tiba-tiba ia teringat bapak. Bapak yang selalu membelanya ketika Siwi kecil diejek oleh teman-temannya. Bapak yang selalu menghiburnya dengan kata-kata yang sejuk ketika ia sedang sedih. Bapak yang meninggal karena tidak menghiraukan sakitnya, tetap mengayuh becaknya demi melunasi tagihan SPP Siwi dan demi tanggung jawabnya terhadap keluarga. Bapak yang akhirnya meninggal karenanya.
            Kau anak hebat Siwi! Anak sabar disayang Allah! Kita memang miskin harta tapi harus kaya iman dan ilmu. Gantungkan impianmu setinggi bintang di langit. Yakinlah kau pasti mampu meraihnya meski semua orang mencibirmu.
            Malam ini Siwi merasa seolah-olah bapak hadir di hadapannya. Dekat sekali, menyejukkan hatinya dengan kata-kata yang sering didengar. Dulu kata-kata itu sering diucapkan bapak. Tiba-tiba Siwi merasa rindu kepada bapak. Sejurus kemudian Siwi mendoakan bapak sebelum akhirnya ia terlelap.
                                                            *****
           Siwi terperangah. Air matanya mengambang di pelupuk mata. Tangannya sibuk menggerakkan mouse . Sesekali ia menyeka keringat di dahinya. Filenya hilang. Tulisannya hilang. Tulisan yang ia kerjakan berhari-hari untuk mengikuti lomba menulis karya tulis tingkat propinsi lenyap. Padahal batas akhir pengumpulan naskah lomba tinggal besok pagi. Siwi tidak bisa menyembunyikan kegelisahannya.
            Note book mungil yang dipinjamkan Pak  Yudi untuk mengerjakan tulisannya masih berkedip-kedip di hadapannya. Jangan-jangan ini ulah Prita?  Bukankah tadi malam Prita sempat meminjam sebentar untuk mengerjakan  tugas biologi? Menurut pengakuan Prita notebooknya sedang eror. Ah, jangan su’udzon. Cepat-cepat dibuang jauh-jauh pikiran negatifnya. Tapi sekarang harus bagaimana? Apakah ia akan urung mengikuti lomba? Tapi bukankah di lomba kali ini ia diutus sebagai duta dari kotanya untuk maju ke tingkat provinsi.Apa komentar Pak Burhan guru pembimbingnya di seolah jika Siwi batal mengikuti lomba?
         Ya, beberapa bulan lalu Siwi sebagai perwakilan dari sekolah telah mampu memenangkan lomba karya tulis tingkat kota. Siwi telah berhasil mengalahkan pesaing-pesaingnya dari SMP lain. Betapa tiap hari ia harus pulang sore  untuk mengerjakan karyanya di sekolah dengan menggunakan komputer sekolah. Kali ini Pak Yudi yang merasa kasihan kapada Siwi berkenan meminjamkan sebuah notebook yang bisa digunakan lebih fleksibel. Ia boleh membawanya ke kamar untuk menyelesaikan naskah lomba. Tapi naskah yang sudah siap itu kini lenyap.
         Siwi menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Bagaimana ini bisa terjadi? Mungkin ia telah salah memencet tombol sehingga terdelete. Ah, rasa-rasanya tidak. Hampir putus asa hatinya. Diseretnya langkah kakinya ke kamar mandi untuk berwudhu. Ahad pagi yang cerah ini ia lupa belum menunaikan sholat dhuha. Ia ingin membawa kegundahannya. Mengadu pada yang Maha Kuasa.
                                                      ******
           SMPNegeri 1 heboh. Semua orang membicarakan gadis manis  anak kelas 2B yang memenangkan juara menulis karya tulis tingkat provinsi. Gadis yatim yang selalu berjilbab rapi dan bersikap santun mendapat penghargaan dari bapak gubernur. Hadiah uang yang diterimanya telah memberangkatkan umroh Mak Sari, emaknya tercinta. Mak Sari tak kuasa menahan kebahagian dan keharuannya.
          Pritapun telah mengakui kesalahannya. Diam-diam ia mengagumi kegigihan Siwi, teman yang sering ia ejek dengan sebutan anak pembantu. Ternyata Prita harus mengakui kehebatan Siwi dibanding dirinya. Prita merasa malu dan menyesal. Ia meminta maaf pada Siwi. Ternyata betul, ia yang telah menghapus file Siwi tempo hari.
                                                        ******
          Selepas sholat dhuha pagi itu Siwi kembali masuk kamar. Dengan sekuat tenaga dikumpulkannya  segala pikirannya untuk menulis ulang apa yang sudah ia tulis hari sebelumnya. Ia dengan sangat meminta ijin emak untuk tidak membantu emak hari itu. Konsentrasi menyelesaikan naskah lombanya. Berhenti hanya ketika ia merasa perlu. Sholat dan mandi misalnya. Tak lupa setiap usai sholat ia memohon petunjuk dan kekuatan pada yang kuasa.
           Akhirnya Senin pagi naskah itu selesai. Diedit seperlunya dan kemudian diserahkan panitia lomba. Siwi, anak Mak Sari telah  menyempurnakan semua ikhtiarnya.
      Setelah kejadian itu kini Siwi semakin murah senyum. Disampingnya selalu ada sahabat yang setia menemaninya. Prita. Mereka sering terlihat belajar dan bermain bersama-sama.

                                                 ************




(Cerita ini masuk dalam nominasi lomba menulis cerita pendek untuk anak yang diselenggarakan Majalah Hadila. dimuat dalam kumpulan cerpen Purnama di hati Rahmi Agustus 2012)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar